Rabu, 15 Desember 2010

pengaruh pemberian tepung kulit pala tertumbuhan ayam broiler

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG KULIT PALA
TERHADAP PERTUMBUHAN TERNAK AYAM BROILER



OLEH
KELOMPOK I
- Sumarni Sahril (041 408 017)
- Gunawan (041 407 007)
- Hasanudin S Taroka (041 407 006)
- Nurma Umanailo (041 407 0--)


PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
2010

HALAMAN PENGESAHAN
Judul :
Kelompok I : - Sumarni Sahril (041 408 017)
-Gunawan (041 407 007)
- Hasanudin S Taroka (041 407 006)
- Nurma Umanailo (041 407 0--)
Fakultas : Pertanian
Program Studi : Peternakan



Menyetujui :




Dosen Penanggung Jawab






Yusri Sapsuha, S.pt, M.Sc
Nip. 19750623200312-1001







KATA PENGANTAR



Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan limpahan rahmatyang diberikan kepada kami sehingga penyusunan laporan ini dapat diselesaikan. laporan ini berjudul ” pengaruh pemberian tepung kulit pala terhadap pertumbuhan ternak ayam broiler”.
Dalam penyusunan laporan ini kami tidak terlepas dari arahan-arahan berbagai pihak dan referensi dari berbagai sumber, oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu terutama dosen penyangga mata kuliah pertumbuhan dan perkembangan ternak.
Betapa besar semangat dan keinginan kami untuk menyajikan makalah yang sempurna, namun tidak terlepas dari segala keterbatasan kami sehingga saran yang bersifat melengkapi sangat diharapkan demi penyempurnaan laporan ini.


Ternate, 15 desember 2010

Penyusun







DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan dan Manfaat
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pertumbuhan
2.2. Daun Kemangi
2.3. Pertambahan Berat Badan
2.4. Konsumsi Ransum
2.5. Konversi Ransum
2.6. Persentase Karkas
2.7. Lemak Abdominal
III. MATERI DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
3.2. Alat dan Bahan
3.3. Cara Kerja
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Nilai Gizi Ransum
4.2. Pertambahan Berat Badan
4.3. Konsumsi Ransum
4.4. Konversi Ransum
4.5. Persentase Karkas
4.6. Persentase Lemak Abdominal
4.7. pH Darah
4.8. pH Daging
4.9. Mikroskopis Darah
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN























BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan daging ayam sebagai sumber protein hewani mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya penghasilan dan kesadaranmasyarakat akan pentingnya makanan bergizi. Usaha peternakan ayambroiler dapat dengan cepat memenuhi kebutuhan masyarakat akan protein hewani karena pertumbuhan ayam broiler relatif lebih singkat dibandingkan ternak penghasil daging lainnya.
Untuk dapat mencapai standar produksi ayam broiler, maka diperlukan bahan pakan yang memiliki kualitas dan kuantitas yang baik. Produktivitas yang baik memerlukan pakan yang tepat, berimbang, dan efisien. Hal ini karena pakan merupakan faktor pendukung utama untuk
meningkatkan produksi ternak unggas. Pakan memegang peranan yang sangat penting dalam keberhasilan peternakan unggas, karena biaya pakan menguasai sekitar 60 sampai 70% dari total biaya produksi peternakan unggas.
Bahan pakan yang ada sekarang ini masih terlalu mahal untuk dapat dibeli oleh masyarakat peternak kecil, sehingga perlu dicari bahan pakan pengganti lain yang harganya lebih murah tetapi mengandung nilai nutrisi yang diperlukan oleh ternak. Misalnya hasil sisa atau limbah industri,hasil samping yang dihasilkan dari proses produksi apabila tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan banyak permasalahan terutama mengenai pencemaran lingkungan.
Pemanfaatan limbah industri sebagai bahan pakan ternak sudah lama dilakukan dalam usaha peternakan, akan tetapi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak industri yang berdiri, limbah dari industri hingga kini belum banyak dimanfaatkan terutama untuk pakan ternak contohnya seperti limbah kulit pala.

1.2. Tujuan dan Manfaat
1.2.1. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian tepung pala terhadap pertambahan berat badan, konsumsi ransum, konversi ransum, presentase karkas, dan lemak abdominal pada ayam broiler.
1.2.2. Manfaat Praktikum
Hasil praktikum ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa dan dapat memberikan informasi kepada masyarakat peternak tentang manfaat tepung pala terhadap pertambahan berat badan, konsumsi ransum, konversi ransum, presentase karkas, dan lemak abdominal pada ayam broiler.



























BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan ( Growth ) adalah berkaitan dangan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat ( gram, pound ) ukuran panjang ( cm, inchi ), umur tulang dan keseimbangan metabolik ( retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Pertumbuhan (growth) merupakan proses penambahan ukuran (volume, massa, tinggi, atau panjang) yang permanen dan bersifat tidak balik (irreversible). Biasanya juga terjadi penambahan komponen-komponen yang bersifat padat, meningkatnya berat kering, dan jumlah sitoplasma. Pertumbuhan bersifat kuantitatif, artinya dapat dinyatakan dengan satuan bilangan.
Pertumbuhan ayam dipengaruhi oleh bangsa, jenis kelamin, umur, kualitas ransum, dan lingkungan. Zat pakan yang penting bagi pertumbuhan ternak adalah kalsium yang berfungsi untuk pertumbuhan tulang, produksi, reproduksi normal, pembentukan sel darah merah, dan berperan dalam sistem syaraf (Wahju, 1991).

2.2. kulit pala
Hampir semua orang mengenal buah pala (Myristica Fragrans Houtt). Kita biasa menggunakan bijinya sebagai bumbu masakan. Olahan daging maupun masakan bersantan terasa lebih harum dan lezat dengan menambahkan sedikit pala halus. Daging buahnya lain lagi, aromanya yang harum dengan rasa sedikit asam menjadikan daging buah pala cocok untuk bahan baku sirup maupun manisan. Kebiasaan menggunakan pala sebagai bumbu masakan atau mengkonsumsi dalam bentuk sirup dan manisan perlu digalakkan, mengingat buah dengan keharuman semerbak ini ternyata mempunyai banyak khasiat bagi kesehatan. Kandungan kimia terkandung dapat mengatasi insomania, batuk berlendir, membantu pencernaan, penghilang kejang otot dlL.

Fisiologi Pala
Buah pala berasal dari keluarga Myristicaceae. Pohon berkayu yang tingginya bisa mencapai 15 meter. Jika musim berbuah, pohon ini akan muncul bunga disetiap ujung ranting dan menjadi buah bergerombol berwarna hijau kekuningan. Daging buahnya tebal berwarna keputihan, buah ini berasa getir dan mengandung banyak getah. Setelah daging buah ada fuli, berupa selaput tipis kemerahan yang menyelimuti biji pala.

Ada tiga bagian dari buah pala yang bernilai ekonomis tinggi. Pertama daging buah yang berwarna keputihan. Daging buah pala dapat diolah menjadi manisan atau direbus dengan gula menjadi sirup pala yang terkenal lezat dan harum. Berikutnya adalah fuli, sebagian orang menyebutnya dengan bunga pala. fuli banyak digunakan sebagai bumbu masakan atau diekstrak sarinya menjadi bahan baku kosmetika dan parfum. Terakhir Bagian biji yang berwarna kecoklatan, pada bagian ini paling banyak dimanfaatkan. Dihaluskan menjadi beragam bumbu masak , parfum, kosmetik, minyak atsiri, bahan pengawet dll
 Kandungan Kimia dan Manfaatnya
Berdasarkan hasil riset penelitian yang dilakukan National Science and Technology Authority, dalam bukunya Guidebook on the proper use of medicinal plants. Buah pala mengandung senyawa-senyawa kimia yang bermanfaat untuk kesehatan
Kulit dan daging buah pala misalnya, terkandung minyak atsiri dan zat samak. Sedangkan fuli atau bunga pala mengandung minyak atsiri, zat samak dan zat pati. Sedangkan dari bijinya sangat tinggi kandungan minyak atsiri, saponin, miristisin, elemisi, enzim lipase, pektin, lemonena dan asam oleanolat.
Hampir semua bagian buah pala mengandung senyawa kimia yang bermanfaat bagi kesehatan, diantaranya dapat membantu mengobati masuk angin, insomnia (gangguan susah tidur), bersifat stomakik (memperlancar pencernaan dan meningkatkan selera makan), karminatif (memperlancar buang angin), antiemetik (mengatasi rasa mual mau muntah), nyeri haid, rematik dll.

2.3. Pertambahan Berat Badan
Pertambahan berat badan mempunyai definisi yang sangat sederhana yaitu peningkatan ukuran tubuh (Hunton, 1995). Pertumbuhan juga dapat diartikan sebagai perubahan ukuran yang meliputi pertambahan berat hidup, bentuk dimensi linier dan komposisi tubuh termasuk komponen- komponen tubuh seperti otak, lemak, tulang, dan organ-organ serta komponen-komponen kimia terutama air dan abu pada karkas (Soeparno,2005). Tillman et al. (1991) juga menambahkan bahwa pada umumnya pertumbuhan juga dinyatakan dengan pengukuran berat badan yang dilakukan dengan penimbangan dan pertambahan berat badan setiap hari,
setiap minggu dan dalam satuan lainnya.

2.4. Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum merupakan jumlah pakan yang diberikan dikurangi dengan sisa pakan (Wahyu,1985). Banyak sedikitnya pakan yang dikonsumsi ayam tergantung dari beberapa faktor, antara lain : sifat genetis, besar tubuh, aktivitas sehari-hari, perkandangan, adanya tidaknya penyakit, tingkat produksi dan kualitas serta kuantitas pakan (Rasyaf, 1992).Selanjutnya konsumsi pakan dinyatakan dengan satuan tertentu (g atau kg) dan dalam waktu tertentu misalnya harian, mingguan atau waktu periode tertentu. Konsumsi pakan merupakan hal yang penting, karena berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan baik untuk hidup pokok maupun produksi (Sunarto, 2002).

2.5. Konversi Ransum
Konversi ransum merupakan ukuran membandingkan antara jumlah pakan yang dihabiskan dengan produksi (telur atau daging) dalam satu satuan waktu yang sama. Konversi pakan banyak digunakan oleh peternak guna mengukur kemampuan ternak dalam memanfaatkan pakan menjadi produk baik daging atau telur. Konversi pakan pada ayam adalah banyaknya pakan yang dihabiskan oleh ayam dalam waktu tertentu untuk memperoduksi telur atau daging (Sarwono, 1991)
Dinyatakan pula bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi konversi pakan antara lain : strain, mutu ransum, keadaan kandang, jenis kelamin, adanya penyakit tertentu. Konversi pakan yang didasarkan pada pertambahan bobot badan akan lebih tinggi dari pada yang didasarkan atas produksi telur (Sarwono, 1991).
Konversi pakan dapat digunakan sebagai gambaran efisiensi pakan. Semakin rendah nilai konversi ransum berarti efisiensi penggunaan ransum semakin tinggi, dan semakin tinggi nilai konversi pakan, maka efisiensi penggunaan ransum semakin menurun (Rasyaf, 1990).
Hakim, dkk (1989) menyatakan bahwa untuk mendapatkan produksi telur secara optimal dalam arti konversi pakan bagus, maka pemberian obat cacing mutlak diberikan.
2.6. Persentase Karkas
Karkas unggas adalah hasil pemotongan unggas (ayam) tanpa disertai darah, bulu, kepala, cakar (tulang metatarsus hingga jari-jari kaki), usus, dan giblet (hati, jantung, dan empedal), dan paru-paru masuk ke dalam karkas karena sulit untuk dipisahkan (Yuwanta, 2004).
Persentase karkas ayam adalah bobot tubuh ayam tanpa bulu, darah, kepala, kaki dan organ dalam (visceral) hati, jantung, dan ampela (giblet) dibagi dengan bobot hidup dikali 100%. Faktor yang mempengaruhi berat karkas antara lain umur, galur, jenis kelamin, bobot badan, kualitas, dan kuantitas pakan (Soeparno, 2001).
Ratio antara energi dan protein yang diberikan pada ayam broiler sangat mempengaruhi besarnya perolehan bobot karkas dan persentase karkas ayam broiler (Soeparno, 2001).
Ayam broiler yang mendapatkan pakan dengan level energi meningkat dari 2800 sampai 3200 kcal/kg dan level protein dari 18 sampai 23% akan menghasilkan berat badan, berat karkas, dan persentase berat karkas yang lebih tinggi (Oyedeji dan Atteh, 2005).
Persentase berat karkas merupakan nilai penting dalam menentukan produksi daging unggas. Persentase berat karkas ayam broiler menurut penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti (2001) menyatakan bahwa persentase berat karkas ayam broiler berkisar antara 60 sampai dengan 70%. Demikian juga hasil penelitian Sumartono (2003) yang menyatakan bahwa rata-rata persentase berat karkas ayam broiler 61 sampai dengan 67%.

2.7. Lemak Abdominal
Lemak dalam tubuh merupakan jaringan yang sifatnya dinamis merupakan cadangan energi yang terbentuk dari lemak pakan. Lemak merupakan komponen kimia daging ayam broiler yang paling bervariasi, pada umumnya persentase protein, mineral, dan vitamin menurun apabila persentase lemak naik, oleh karenanya variasi nilai nutrisi daging unggas termasuk broiler dipengaruhi oleh kandungan lemak.Lemak daging yang lazim disebut dengan lemak intramuskular atau marbling merupakan komponen utama daging dan produk daging, karena lemak ikut menentukan nilai nutrisi daging, palatabilitas, dan aroma.
Lemak tubuh ayam broiler berkisar antara 15-20% bobot hidupnya. Lemak perut mempunyai korelasi yang tinggi dengan lemak tubuh dan lemak pada berbagai depot sehingga pengukuran lemak perut dapat digunakan sebagai petunjuk perlemakan dari jaringan-jaringan pada ayam broiler secara keseluruhan (Soeparno, 1992). Kamal (1999) menyatakan bahwa pengukuran produksi lemak dapat dinyatakan dengan dua cara yaitu bobot lemak abdominal dan persentase bobot lemak abdominal. Persentase bobot lemak abdominal adalah perbandingan antara bobot lemak abdominal dengan bobot hidup ayam broiler kemudian dikalikan 100% .
Faktor yang mempengaruhi banyaknya lemak abdominal adalah jenis kelamin, aras protein, dan aras energi. Jumlah lemak dari karkas tergantung pada makanan, umur penyembelihan, dan jenis kelamin. Persentase lemak perut untuk ayam broiler jantan lebih sedikit dari pada ayam broiler betina. Hal ini terjadi karena penggunaan pakan pada ayam broiler jantan lebih efisien untuk pembentukan jaringan otot dari pada jaringan lemak seperti pada ayam broiler betina.Soeparno (1994) menyatakan bahwa kandungan lemak karkas dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain bangsa, jenis kelamin, komposisi ransum, umur dan temperatur lingkungan. Lemak di dalam daging unggas kurang disukai karena sebagian besar adalah tidak jenuh dan depat berpengaruh terhadap rasa keseluruhan, sedangkan sifat lemak dari tubuh dipengaruhi secara nyata oleh sifat dari sumber makanannya.












BAB III. MATERI DAN METODA
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di kandang percobaan dan dilaboratorium Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Khairun Ternate yang berlokasi di Kelurahan Gambesi Ternate. Sedangkan Waktu praktikum berlangsung selama 4 Minggu mulai dari Tanggal 1 sampai 29 November 2010.
3.2. Alat dan Bahan
a. Praktikum 1 alat dan bahan yang digunakan:
 Alat yang dipergunakan antara lain:
- Timbangan Analitik - Pengaduk
- Kantong Kertas - Gelas Ukur
- pH Meter - Cawan Persolin
- Kertas Lakmus - Oven
- Gelas Kimia - Tanur Listrik
 Bahan yang dipergunakan antara lain:
- Aquades
- pala (Myristica Fragrans Houtt)
b. Praktikum 2 alat dan bahan yang digunakan:
 Alat yang dipergunakan antara lain:
- Timbangan Analitik - Pengaduk
- Kantong Kertas - Gelas Ukur
- pH Meter - Pisau
- Kertas Lakmus - Pipet
- Gelas Kimia - Mikroskop
- Kamera Digital - Objek Glass dan Penutupnya
 Bahan yang dipergunakan antara lain:
- 2 ekor ayam broiler (jantan dan betina) yang dipelihara selama praktikum
- Tissu Gulung


3.3. Cara Kerja
a. Praktikum 1 cara kerjanya antara lain:
1. Mengukur pH Bahan
Timbang bahan 10 gr, masukan dalam aquades 100 ml. Biarkan selama 15 menit kemudian ukur pHnya dengan menggunakan pH meter dan kertas lakmus.
2. Kadar Air dan Bahan Kering (30 menit)
a. kantong kertsa yang telah bersih dan kering ditimbang untuk mengetahui beratnya (a gram)
b. ambil bahan sebanyak 10 - 15 gram dan masukan dalam kantong kertsa tadi, kemudian ditimbang bersam ( b gram)
c. kemudian masukan dalam oven 65 - 700C selama 30 menit.
3. Kadar air dan bahan kering ( 1 jam)
a. cawan porselin yang bersih dimasukan dalam oven pada suhu 1050C selam 2 jam.kemudian di dinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (a gram)
b. sampel sebanyak 1 gram di amsukan kedalam cawan porelin dan di timbang bersama-sama (b gram)
c. kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C selama 1 jam dan setelah kering, didinginkan dalam desikator dan di timbang kembali (c gram).
4. Analisa bahan organic dan abu
a. sampel di tambah cawan dari penetapan kadar air diatas, dimasukan kedalam tanur listirk selama 3 jam pada suhu 6000C.
b. biarkan agak dingin ( suhunya sekitar 2000C ) kemudian masukan kedalam desikator selama 30 menit, lalu ditimbang ( d gram ).

b. Praktikum 2 cara kerjanya antara lain:
1. Performa Ayam Broiler
a. Pertambahan Berat Badan
Pertambahan berat badan diperoleh dari selisih penimbangan berat badan ayam awal perlakuan dengan berat badan pada akhir perlakuan (Anggoroid, 1985).
b. Konsumsi Ransum
Konsumsi pakan diperoleh dengan cara menghitung pakan yang diberikan dikurangi dengan sisa pakan (Anggoroid, 1985).
c. Konversi Ransum
Konversi pakan atau FCR (Feed Converion Ratio) dihitung berdasarkan pakan yang diberikan selama satu minggu dibagi dengan pertambahan berat badan minggu tersebut (Fadilah, 2004).
2. Darah Ayam Broiler
a. Jumlah Total Darah
Ayam dipotong di saluran darah yang utama pada leher yaitu arteri karotis dan vena jugularis kemudian darah ditampung dan diukur menggunakan gelas ukur.
b. pH Darah
Ukur pH darah dengan menggunakan pH meter dan kertas lakmus.
c. Mikroskopis Darah
Amati darah dibawah mikroskopis, gambar bentuk darah yang terlihat (bisa menggunakan kamera digital).
3. Karkas Ayam Broiler
a. Berat Karkas
Berat karkas : berat potong dikurangi dengan berat darah, bulu, kepala, kaki dan jeroan (USDA, 1977).
b. Persentase Karkas
Persentase karkas, yaitu perbandingan antara berat karkas dengan berat potong dikalikan 100%.
4. Daging Ayam Broiler
a. pH Daging
Timbang daging sebanyak 10 gram tambahkan aquades 100 ml dan ukur pH dengan menggunakan kertas lakmus dan pH meter.
5. Persentase Lemak Abdominal
Persentase lemak abdominal dihitung dengan menggunakan rumus: berat lemak abdominal dibagi berat karkas ayam di kalikan 100%.
6. Jeroan
Jeroan berupa hati, jantung dan empedal ditimbang untuk mengetahui beratnya, sedangkan usus selain ditimbang, diukur panjang serta pH usus dan amati mikroba usus.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Nilai Gizi Ransum
Pakan yang baik adalah pakan yang memenuhi nilai gizi yang di butuhkan oleh ternak.untuk mengetahui nilai gizi ransum maka perlu adanya pengujian kadar air,kadar bahan kering,kadar abu,dan PH sehingga dari pengujian itu dapat dipasitkan bahwa ransum tersebut layak untuk bdiberikan ke ternak dan dapat memacu pertumbuhan ternak.
Tabel 1. Kandungan nilai gizi kulit pala yang digunakan selama praktikum
Kulit pala Kadar air Kadar b.kering Kadar abu pH
30 mn 1 jam 30 mn 1 jam lakmus pH m
Segar 67% 70% 33% 30% 89% 3.49 3.5
Kering/Tepung
4.2. Pertambahan Berat Badan
Untuk mengetahui pertambahan berat badan maka perlu diadakan penimbangan berat badan pada tiap minggunya. Data Pertambahan berat badan sajikan dalam bentuk table.
Tabel 2. Pertambahan berat badan ayam broiler selama praktikum (gr)
Ayam Broiler Minggu ke-
1 2 3 4
Kepala 122,2 194 450 405
Sayap kiri 121,3 230 400 420
Kaki kiri 118,5 255 450 550
Polos 122,3 220 360 570
Leher 134,5 225 390 570
Belakang 26,8 - 740 460
Kaki kanan 121,5 261 320 570

Berdasarkan rata-rata hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung kulit pala dalam pakan sampai dengan level 0.5% tidak berpengaruh nyata terhadap bertambahan bobot badan ayam broiler. Menurut Pachman (1982) bahwa untuk memperoleh kenaikan berat badan ayam broiler yang tinggi dibutuhkan konsumsi pakan yang tinggi pula.
 Kurva komulatif

Pada kurva komulatif selalu berbentuk S (sigmoid) diman pada kurva ini terlihat jelas pertumbuhan ayam broiler terus meningkat hingga pada titik maksimal berangsur ansur akan turun. Pada titik ini ayam broiler sudah tidak mengalami pertumbuhan sehingga fase ini disebut dengan fase finisher yang berakhir pada pemanenan.
 Kurfa absolut



 Pertumbuhan relatif
PBBH
PR= X 100%
Bobot Potong

= 345-767.1 x 100%
28
= 2777.9 x 100%
28
= 9.92 %

4.3. Konsumsi Ransum
Tabel 3. Konsumsi ransum ayam broiler selama praktikum

Minggu ke Konsumsi Pakan
Pakan yg diberikan Sisa Pakan Total Pakan
1 2000 540 1,460
2 4000 620 3,380
3 6000 40 5,960
4 8000 - 8000
Konsumsi ransum tiap minggunya terus meningkat sering dengan pertumbuhan, konsumsi ransum juga dipengarui oleh cuaca,apabila cuaca panas (musim panas) ternak cenderung lebih banyak menkonsumsi air dari pada ransum begitu pun sebaliknya apabila cuaca dingin (musim hujan) ternak cenderung lebih banyak makan dari pada minum.




4.4. Konversi Ransum
Table 4. konversi ransum.
Ayam Broiler Minggu ke-
1 2 3 4
Kepala 1.194 1.742 1.324 19.753
Sayap kiri 1.203 1.469 1.49 19.047
Kaki kiri 1.232 1.325 1.702 14.545
Polos 1.193 1.536 1.655 14.035
Leher 1.085 1.502 1.528 14.035
belakang 5.447 - 8.054 17.391
Kaki kanan 1.201 1.295 1.862 14.035

Konversi pakan berhubungan dengan konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan. Konversi pakan yang tidak berbeda nyata disebabkan karena konsumsi pakan dan pertambahan berat badan yang tidak berbeda nyata. Karena konversi pakan diperoleh dari pembagian konsumsi pakan dengan pertambahan berat badan. Zat-zat yang terdapat didalam tepung kulit pala belum dapat menstimulasi proses pencernaan pakan Untuk dapat mengkonversikan pakan menjadi daging secara optimal.
4.5. Persentase Karkas
Tabel 5. Persentase karkas ayam broiler
Persentase berat karkas merupakan nilai penting dalam menentukan produksi daging unggas.
Ayam Broiler Berat Potong Berat Karkas % Karkas
Betina 1,045 1,031 89
jantan 1,002 993 99

Persentase karkas ayam adalah bobot tubuh ayam tanpa bulu, darah, kepala, kaki dan organ dalam (visceral) hati, jantung, dan ampela (giblet) dibagi dengan bobot hidup dikali 100%. Faktor yang mempengaruhi berat karkas antara lain umur, galur, jenis kelamin, bobot badan, kualitas, dan kuantitas pakan (Soeparno, 2001).
Dari hasil praktikum menunjukkan bahwa presentase karkas ayam broiler jantan lebih besar dari pada betina
4.6. Persentase Lemak Abdominal
Lemak daging yang lazim disebut dengan lemak intramuskular atau marbling merupakan komponen utama daging dan produk daging, karena lemak ikut menentukan nilai nutrisi daging, palatabilitas, dan aroma.
Tabel 6. Persentase lemak abdominal ayam broiler
Ayam Broiler Berat Lemak Abdominal Berat Karkas Persentase Lemak Abdominal
Betina 14 993 1.409869
Jantan 10 1031 0.969932
Lemak tubuh ayam broiler berkisar antara 15-20% bobot hidupnya. Dari hasil penelitian pada ayam betina memiliki berat lemak abdominal 14 gr dengan presentase lemak 1.409869 dan pada jantan memiliki berat lemak abdominal 10 gr dwngan presentase lemak 0.969932. dari hasil presentase lemak abdominal tersebut menunjukkan bahwa ayam broiler tersebut memiliki lemak yang sedikit.
4.7. pH Darah
pH normal untuk ayam broiler yaitu berkisar antara 6-7, pabiala pH melebihi dari angka tersebut maka ayam broiler tersebut tergolong dalam abnormal.
Tabel 7. pH darah ayam broiler
Ayam Broiler pH
Jantan 7.87
Betina 7,88
Dari hasil penelitian pH darah ayam broiler jantan 7,87 dan betina 7,88,kedunya masih tergolong dalam pH darah normal.
4.8. pH Daging
Untuk mengetahui kualitas daging perlu dilakukan adanya pemeriksaan kualitas fisik pada daging ayam dengan cara mengukur PH daging.
Tabel 8. pH daging ayam broiler
Ayam Broiler pH
Jantan 6.36
Betina 6.33
pH normal untuk daging ayam broiler yaitu berkisar antara 6-7( anggorodi 1985).drajat keasaman ini sangat di pengaruhi oleh kondisi ayam sebelum dipotong karena drajat keasaman tergantung dari kadar glikogen dan kadar asam laktat padasaat pemotongan. Drajat keasaman yang sangat tinggi akan menurunkan kualitas daging karena drajat keasaman yang tinggi memudahkan mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Dalam praktikum di peroleh PH daging ayam broler jantan 6,36 dan betina 6,33. Hasil ini tergolong dalam PH normal sehingga pada daging ayam broiler tersebut menunjukkan kualitas yang baik.
4.9. Mikroskopis Darah
Kode foto untuk Jantan = 2810/2811
Kode foto untuk Betina = 2800/2809




4.10. Berat Jeroan
Pada umumnya jeroan di anggap sebagai limbah ternak, jeroan tersebut seperti hati, empedu, jantung, empedal, usus, dan tembolok. Untuk jeroan ayam broiler tidak ada perbedaan antara ayam jantan dan betina baik bentuk, warna maupun ukuranya kecuali ayam broiler tersebut mengalami kelainan. Berat jeroan dalam praktikum di sajikan dalam bentuk table.
Table 9. berat jeroan
Ayam Broiler Hati Empedu Jantung Empedal Usus Tembolok
Betina 36 - 7 43 62 -
Jantan 33 - 7 45 56 -
















BAB V
PENUTUP
5.1 kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa :
1. Tepun kulit pala mampu meningkatkan kekebalan tubuh namun tidak berpengaruh pada pertambahan berat badan.
2.

5.2 Saran
Adapun saran dalam melakukan praktikum ini yaitu perlu di lakukanya pengujian lanjutan terkait dengan pemberian tepung kulit pala pada ternak ayam broiler dengan persentase kulit pala 0,5% tidak memberikan pengaruh yang berarti oleh karena itu diharapkan pada praktikum pertumbuhan dan perkembangan selanjuntnya mungkin persentase kulit palanya di naikkan. Dan lebih memperhatikan menejmen pemeliharaanya.

















LAMPIRAN

1. Nilai Gizi Daun Kemangi
 Kulit pala segar
a. Mengukur pH bahan :
- pH meter : 3,49
- Kertas lakmus :3,5
b. Kadar air dan bahan kering (30 Menit)
(a) : Berat kantong kertas kosong = 3,07 gr
(b) : Berat kantong kertas + sample sebelum oven = 13,39 gr
(c) : Berat kantong kertas + sample setelah oven = 6,42 gr
Rumus :

Kadar air = b – c x 100%
b – a

= 13,39-6,42 x 100%
13,39-3,07

= 6,97 x 100%
10,32

= 67%

Kadar Bahan Kering = 100% - Kadar Abu
= 100% – 67%
= 33%

c. Kadar air dan bahan kering (1 jam)
(a) : Berat cawan kosong = 36,87 gr
(b) : Berat cawan + sample sebelum oven = 38,34 gr
(c) : Berat cawan + sample setelah oven = 37,20 gr

Rumus :

Kadar air = b – c x 100%
b – a

= 38,34-37,20 X 100%
38,34-36,87

= 1,14 x 100%
1,47

= 70%

Kadar Bahan Kering = 100% - Kadar Air
= 100% – 70
= 30%
d. Analisa bahan organik dan abu
(a) : Berat cawan kosong = 36,87 gr
(b) : Berat cawan + sample sebelum oven = 38,34 gr
(d) : Berat cawan + sample setelah tanur = 38,18 gr

Rumus :

Kadar air = d – a x 100%
b – a

= 38,18-36,87 x 100%
38,34-36,87

= 1,31 x 100%
1,47

= 89%


Kadar Bahan Kering = 100% - Kadar Abu
= 100% – 89%
= 11%

Data pertambahan berat badan tiap minggu

Ayam
1 2 3 4 5
Kepala 28,8 151 345 705 1200
Sayap kiri 28,7 150 380 780 1200
Kaki kiri 26,5 145 400 750 1300
Polos 27,7 150 370 730 1300
Leher 30,10 165 390 780 1350
Belakang 26,8 - - 740 1200
Kaki kanan 27,5 194 410 730 1300


Data konsumsi pakan

Minggu ke Konsumsi Pakan
Pakan yg diberikan Sisa Pakan Total Pakan
1 2000 540 1,460
2 4000 620 3,380
3 6000 40 5,960
4 8000 - 8000

























Timbangan Elektric PH Meter













Pencampuran Pakan SP 11 dan tepung kulit pala Pemberian tepung kulit pala pada ternak














Penimbangan Pakan tiap Minggu Penimbangan Ternak Ayam Tiap Minggu















Penimbangan bobot Hidup Pemotongan Ternak
















Pembersihan Bulu pada Ayam Pembongkaran Jeroan pada Ternak Ayam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar